Rabu, Juni 15, 2011

Pahlawan Kejujuran yang Dikucilkan

Sore tadi saya menyaksikan berita di sebuah stasiun televisi mengenai sebuah kasus pelaporan contekan massal oleh seorang murid SDN 2 Gadel, Surabaya.

Anak tersebut bernama Alif Achmad Maulana. Ia melaporkan bahwa gurunya menyuruh Alif untuk memberikan contekan kepada teman-temannya saat pelaksanaan Ujian Nasional. Menurut pemaparan Siami Widodo (ibu Alif), guru Alif berkata seperti ini :
 "Alif, kamu anak yang pintar, gunakan semua kepintaranmu untuk mengajari semua temanmu diwaktu UNAS. Kalau kamu ingin balas budi kepada gurumu, kamu ajari semua temanmu. Kalau kamu gak mengajari semua temanmu, kelak besar kamu gak akan bisa jadi orang sukses."
Mendengar perkataan gurunya itu, Alif merasa tak ada pilihan. Dia terpaksa memberikan jawabannya saat soal UN berlangsung. Hanya saja, karena Alif merasa hal ini tidak adil, maka Alif memberi hanya sekitar 60% jawaban yang sama dengan punyanya. 40% jawaban yang lainnya, Alif memberikan jawaban yang berbeda dengan punyanya kepada teman-temannya.

Alif menangis karena takut saat menceritakan hal ini kepada ibunya. Siami menjadi sangat kecewa. Kecewa karena anaknya telah diajar untuk melakukan kecurangan. Dan secara tidak langsung mengajar pada anaknya untuk berbohong dengan memberikan jawaban yang salah kepada teman-temannya.

Siami akhirnya melaporkan kasus itu kepada Dinas Pendidikan. Setelah hal ini menyebar ke warga setempat, warga tidak menerima. Mereka berbondong-bondong pergi ke rumah Siami, lalu mengusir Siami dan anak-anaknya dari tempat tinggalnya. Kini, untuk sementara waktu mereka tinggal di Gresik, Jatim. Siami mengaku masih trauma dengan demonstrasi warga yang tak suka pada upaya jujurnya untuk membongkar kecurangan di SD anaknya sendiri.

Saat diwawancarai, Sami mengatakan bahwa jika ia tidak mengungkap kebenaran itu, maka ia akan terbebani seumur hidup. Ia berusaha mengikuti suara hatinya yang tidak suka terhadap tindakan guru anaknya. Siami melanjutkan bahwa ia selalu berusaha untuk memegang teguh kejujuran dan menanamkan hal tersebut pada anak-anaknya. Setelah kasus ini pun, Siami mengaku tidak takut selama yang dia lakukan adalah benar. Kasus ini juga menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi anaknya sendiri maupun masyarakat Indonesia.

Wahai para pemuda, generasi penerus bangsa !
Wahai para orang tua, para ibu, pendidik pertama bagi anaknya !
Wahai para guru, tenaga pengajar, yang memegang tongkat estafet pendidikan !
Renungkanlah kisah ini. Sebuah keluarga sederhana, mengajarkan kita hal yang sangat mahal harganya. Hal yang sudah sangat langka kita temukan di tengah krisis moral bangsa.

Mereka menyuarakan 1 nilai ! Ya, hanya 1 !
Dan dengan hanya 1 nilai ini, membuat banyak orang yang kesal, namun banyak pula yang bertepuk tangan atas tindakannya.

Tragis memang...
Negeri Merah Putih ku...
Merah Berani nya memudar
Putih Suci nya telah ternoda

Kini...
Yang benar disalahkan, dan yang salah dibenarkan !
Korupsi dimana-mana.
Masyarakat pun krisis kepercayaan pada pemimpinnya.

Bersekolah untuk mendapatkan nilai tinggi dan ijazah semata
Hasilnya ?
Menyontek dihalalkan.
Guru kerjasama dengan murid demi nama baik sekolahnya.
Dan jika ingin kerja nanti, uang suap pun tak ketinggalan untuk membeli sebuah jabatan.

Sebenarnya, kisah ini mengingatkan pada diriku sendiri saat masih di bangku sekolah dulu.
Heumm...saya pun pernah menyontek, dan guru juga ada yang ikut membantu siswa dalam menjawab soal UN di salah satu mata pelajaran. Alasannya adalah ''takut". Ya, takut tidak lulus, takut nama baik sekolah tidak terjaga, takut guru-guru dikatakan tidak berhasil jika muridnya banyak yang tidak lulus.
Astaghfirullah...

Hari ini, Allah memilih Siami & Alif untuk memberi pelajaran pada kita semua.
Mengingatkan kembali akan nilai kejujuran yang sudah mulai dilupakan.
Mari teman, kita pegang teguh nilai jujur ini.
Karena yakinlah...sesakit apapun kejujuran itu, tapi kejujuran punya cara tersendiri untuk memberi kebahagiaan pada pembelanya.
Orang yang jujur adalah orang yang merdeka.
Merdeka karena tidak ada konflik pada batinnya.

Semoga Allah menjaga INDONESIA ku.
Membersihkan kembali MERAH PUTIH ku.
Menjadi negeri yang beradab.
Negeri yang memegang teguh nilai-nilai kebenaran.

MERDEKA !!! 


* Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri  mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah?  (Al-Ankaboot: 67) *

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Wawancara Siami selengkapnya dapat dilihat disini


Photobucket

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa tinggalkan jejak ya
Trimakasih...