Rabu, Maret 30, 2011

Derita Tersembunyi


Sahabat..
Mau kah kau mendengar keluhku saat ini ?
Mari kubisikkan kau sebuah derita batin.
Sebuah deritaku terhadap seorang kawan...

Ya...
Sedih ternyata menjadi orang dibalik layar.
Sedih karena harus berpura-pura tak tahu masalahnya.
Sedih melihatnya menopang sendiri ujiannya...
Sedih karena ternyata ia tak dapat mengenaliku...


Seandainya dia tahu...
Bahwa aku ingin mengulurkan tangan, membantunya dengan apa yang kupunya,
Aku ingin dia tahu bahwa aku peduli !


Seandainya bisa ku katakan "bersama kita bisa melewati masalah ini"
Seandainya bisa ku ucapkan bahwa "Allah tak pernah menyiakan-nyiakan usaha hambaNya yang bersungguh-sungguh". 
Aku ingin menguatkannya !
Tapi sahabat, ada penghalang yang bahkan aku sendiri pun tak bisa melanggarnya...


"orang tua"


==================================================================


Sabtu, 7 Mei 2011
Pondok Adelia, Makassar
Pukul 16.53 WIT


Photobucket

Rabu, Maret 16, 2011

日本で死にたくない (Saya Tak Ingin mati di Jepang)

Ini adalah sebuah cerita dari teman maya saya Mikial Maulita saat bencana itu terjadi di Jepang.
Sebelumnya saya mengenal Miki hanya secara kebetulan.
Mungkin tahun lalu ya, saya mendengarnya di sebuah wawancara radio Jepang NHK.
Miki adalah salah satu anak yang kehilangan orang tuanya saat peristiwa Tsunami di Aceh (26 Desember 2004). Kini ia menuntut ilmu di Universitas Waseda, Jepang.

Saya sangat kagum dengan Miki, yang bisa terus survive mengenyam pendidikan di negeri nan jauh di sana. Salud buat kamu Mik :)
Nah, setelah mendengar nya di radio, saya pun langsung menuliskan namanya dalam kotak search di Facebook. Ternyata ada! Ya saya add deh, dan akhirnya jadi teman di Facebook :)
Hanya saja, saat saya diberi kesempatan oleh Allah berkunjung ke negri sakura itu, saya tidak sempat bertemu dengan Miki karena saya hanya 3 hari di Tokyo dan jadwal telah ditentukan oleh pihak kordinator kami. Zannen deshita :(

Tapi gpp, tabun dokoka itsuka aimashou :)

Berikut tulisannya dalam situs "The Atjeh Post" :

---------------------------------------------------------------------------

Gempa dahsyat yang disusul gelombang tsunami di Jepang, menimbulkan kesan mendalam bagi Mikial Maulita yang saat ini sedang menuntut ilmu di sana. Bagi mahasiswi Universitas Wasida itu, ini adalah kali kedua ia merasakan musibah serupa. Sebelumnya, ia menjadi saksi dahsyatnya gelombang tsunami yang menggulung pesisir Aceh.

Inilah nukilan pengalaman Mikial yang ditulis khusus untuk pembaca The Atjeh Post, Senin (14/3), tiga hari setelah setelah bencana itu datang.

***

11 Maret 2011, pukul 14.55 waktu Jepang. Saya masih berada di asrama mahasiswa  di kota Tokyo ketika guncangan itu datang. Asrama tempat saya tinggal berguncang hebat. Saya yang saat itu sedang berada di kamar, langsung panik. Asrama terayun-ayun ke kiri dan ke kanan. Ayunan itu sangat kuat dan berlangsung lama.

Di pikiran saya langsung terlintas gempa dan tsunami dahsyat di Aceh lima tahun silam, tepatnya 26 Desember 2004. Saat itu yang terpikir hanya orang-orang tersayang di tanah air. Pikiran saya mulai melayang kemana-mana. Sempat terlintas, jika saya harus mati, jangan sampai saya mengembuskan nafas terakhir di Jepang. Itu sebabnya, saat saya menulis surat ini, saya bersyukur terlepas dari bencana itu.

Selang beberapa menit, dikabarkan telah terjadi gelombang tsunami di belahan utara Jepang, di Provinsi Miyagi dan Iwate.

Ketika musibah itu terjadi, yang pertama terkena imbas adalah matinya arus listrik, termasuk ke asrama tempat tinggal saya. Kemudian, disusul sinyal telepon genggam yang tidak berfungsi. Keadaan itu persis saat Aceh dilanda tsunami.

Parahnya lagi, matinya listrik di Jepang mengganggu semua aktifitas. Masyarakat negeri Sakura yg sejak pagi sudah berangkat kerja, tak tau bagaimana caranya pulang ke rumah mereka. Kereta api listrik sebagai alat transportasi andalan di Jepang, tak bisa beroperasi listrik padam.

Yang lebih memprihatinkan lagi, mereka yang menjadi korban gempa dan tsunami  harus mempertahankan hidup dan melawan suhu udara yang sangat dingin di luar sana. Kasian sekali!

Sebenarnya bukan hanya itu saja musibah yang sedang menimpa negeri matahari terbit ini. Pada saat bersamaan, terbakar pula sebuah tangki minyak di propinsi Chiba. Kemudian disusul lagi dengan radiator nuklir yang meledak di propinsi Fukushima. Terakhir, di bagian  selatan Jepang, di propinsi Kyusyu, ada gunung merapi yang sedang aktif.

Satu hal yang membedakan Jepang dengan Aceh, mereka tampaknya sudah dipersiapkan untuk menghadapi bencana seperti ini. Itu sebabnya, jika dibanding Aceh, korban jiwa di sini jauh lebih sedikit. Mungkin karena mereka sudah sering dilanda gempa.

Di tengah bencana beruntun yang menimpa negeri ini, saya tidak tau entah bagaimana nasib Jepang ke depan. Sebagai orang luar yang kini tinggal di negara itu, saya hanya berharap yang terbaik. Semoga doa dan dukungan dari masyarakat Aceh --sebagai daerah yang pernah mengalami hal serupa-- tak pernah putus untuk masyarakat Jepang.

Tokyo, 14 Maret 2011.

Mikial Maulita (Mahasiswi Universitas Waseda).


Photobucket

Maaf Teman, Kita Tetap Sama...

Maafkan aku teman..
Karena setitik rasa congkak di dalam dada
Engkau pergi meninggalkan jejak kebersamaan kita

Maafkan aku teman..
Karena kata puja dan sanjungmu pula
Aku terjebak dalam tingginya jiwa


Lupa bahwa kita pernah susah senang bersama..
Lupa bahwa manusia tidak akan pernah hidup sendiri

Yah, sekali lagi maafkan aku teman..
Aku tak suka ada kesenjangan di antara kita

Anggap aku biasa !
Sebab aku pun juga manusia
Tak sesempurna yang kau kira

Anggap aku biasa !
Karena aku juga diciptakan olehNya
Bahkan kita sama tercipta dari air yang hina

=================================
Rabu, 16 Maret 2010
06.47 WIB
Pondok Adelia



Minggu, Maret 13, 2011

Wawancara Singkat Dengan Radio Al-Ikhwan

Kemarin (12 Maret 2011) sekitar pukul 8 pagi, sebuah sms membangunkan aku dari tidur yang lelap. Hape ku berbunyi, dan kuliat nama yang tertulis di layar : "K Abdan".
Ouch, tumben2an penyiar Radio Al-Ikhwan ini sms. Hmm...Apa gerangan yang ingin dia tanyakan yah.



Ku buka pesannya.
K'Abdan : "Assalaamu'alaykum"
Ninis : “Wa'alaykumussalam. Eh kak abdan, apa kabar ?"
K'Abdan : “Alhamdulillah kabar baik. Saya liad ada gempa dan tsunami di jepang. Sy langsung teringat dengan kt.”
Ninis : Iye kak, saya juga kaget waktu dengar i. Tapi saya dulu di Osaka, jauh dari lokasi bencana.”
K'Abdan : Alhamdulillah kalo gitu. Nanti di pojok gaul saya mau bahasa sdikit tentang bencana di Jepang. Sy mau telpon ki untuk tau gimana suasana, penduduk, dan budaya disana. Bisa gak ? Bisa yah !”
Hah?? Ya ampuuunn, gimana dong nih, sy kan gak biasa nelpon di radio. Takut logat makassarnya keluar, hehe..
Bahkan kalo saya mau pesan lagu, dan ikut pembahasan cuma lewat sms, itupun mikirnya lama, buat nyari kata2 yang pas.
Cukup lama saya membalas sms ini. Lalu saya minta pendapat ke ibu. Ibuku bilang, terima saja tawarannya, kan tinggal sharing pengalaman berdasarkan apa yang kamu lihat selama disana. Masa kamu sudah takut duluan sih, kata ibu. Tapi karena saya masih ragu, jadi saya balas seperti ini :

Ninis : Beeeeeugh...malu2 ka kak !!
K'Abdan : Lha, kok malu. Tapi kalo ndak bisaki, ndak papaji, hehe...

Nah, saya lalu berpikir, sayang juga kalo ajakan ini saya tolak. Hitung2 nyari pengalaman gitu kan. Jadi, dengan memaksa diri, sy terimalah ajakan itu.

Ninis : Hmm...iye pale kak, bisa dicoba. Sy buat catatan dulu nah, hahaha. Jam brapaki mau nelpon
K'Abdan : Di atas jam 10, key !

Sms-an kamipun berakhir. Sambil menunggu jam 10, saya terus khawatir, apa yang mau mi saya bilang nanti kasyan T__T Saking cemasnya saat itu, saya sempat mual -_-" Huff...baiklah...tenang...tenang nis...Berusaha menenangkan diri sendiri, tapi tetap saja tidak bisa. Perasaan dumba'2 itu masih tetap ada...

Akhirnya jam 10 pun tiba, dan acara Pojok Gaul di Al Ikhwan 101.9 FM pun di mulai. Suara K'Abdan terdengar olehku menyapa para pendengarnya. Dia memaparkan sedikit mengenai tema hari itu kurang lebih membahas tentang "Hikmah dibalik Bencana".

Saya semakin deg-degan, gelisah bercampur penasaran -_-" Terlintas sebuah ide untuk merekam percakapan saya di radio nanti. Lumayan, skalian kenang2an, hehe...Saya lalu meminjam hape ibu, dan mengatakan padanya agar menekan tombol merah untuk memulai merekam. Saya pun keluar kamar dan menunggu di luar teras pondokan, karena kalau saya berada di dalam kamar yang dekat dengan radio, maka suara saya dan k'Abdan bisa berpantulan.

Huff...lama saya menunggu di luar, cuaca di luar yang panas, ditambah rasa cemas yang berlebihan, membuatku keringatan, ckckck...
Eh, tiba-tiba hape ku berbunyi, ups telepon dari K'Abdan !! Saya pun menjawabnya.
K'Abdan : Assalaamu'alaykum. Dengar Al Ikhwan kan ?
Ninis : Iye, wuih kak dumba2 ka !
K' Abdan : Ih kenapa na dumba'. Ndak ji. Saya tanya yang mudah2 ji.
Ninis : Kasi paeng dulu bocoran pertanyaannya ? :D
K'Abdan : Hehe...palingan pertanyaan kayak kapan pulang dari Jepang, kayak gitu2 ji.
Ninis : Ooo..iye pale kak jangki yang susah2
K'Abdan : Ndak ji. Ok paeng nah, bentar lagi ditelpon. Assalaamu'alaykum..
Ninis : Iye, wa'alaykumussalam...

Yah...kembali saya harus menunggu dalam kecemasan -_-"
Mencoba menenangkan detak jantung, menarik nafas panjang...dan hempaskan...
Ok, sudah agak mendingan...

Lalu hape ku kembali berdering, ku lihat nomor yang tertera, nomor tak dikenal, hmm...mungkin ini nomornya Al Ikhwan. Baiklah tanpa pikir panjang, langsung saja ku angkat. Ada suara seorang wanita yang menyapa disana.

Wanita : Halo, Ninis ?
Ninis : Iya...
Wanita : Ini dari Al Ikhwan, jangan ditutup yah telfonnya.
Ninis : Oh iya...iya...

Dari balik telefon ku dengar suara kak Abdan yang kembali menyapa pendengarnya, dia mengatakan bahwa akan terhubung dengan salah satu mahasiswa yang baru kembali dari Jepang. Hayaaahh...perasaan ku kembali bercampur aduk !!

Ku dengar suara K'Abdan menyapaku. Dan percakapan pun dimulai !
K'Abdan : Assalaamu'alaykum...
Ninis : Ya Halo, Assalaamu'alaykum (Ini harusnya sy jawab Wa'alaykumussalam yah, hahaha)
K'Abdan : Wa'alaykumussalam...Ya...Dengan siapa ini ??
Ninis : (Sambil tersenyum) dengan Ninis di Pondok Unhas ^^
K' Abdan : Yah...sebelumnya saya sudah kenal dengan Ninis, juga sudah melihat foto2nya di facebook. Foto-foto kegiatannya saat jalan2 di Jepang. Sebelumnya mau nanya ini, Ninis kuliahnya dimana ?
Ninis : (Karena tidak begitu jelas) Kenapa ?
K'Abdan : Kuliahnya dimana ?
Ninis : Ooo..di Unhas Jurusan Sastra Jepang
K'Abdan : Fakultas ?
Ninis : Fakultas Ilmu Budaya
K'Abdan : Kapan pulang dari Jepang ?
Ninis : Bulan 1 tanggal 12 (Kata ibu, saya salah dengar, penyiarnya bertanya tanggal pulang, saya malah jawab tanggal perginya , hehe)
K'Abdan : Nah menurut kamu, Jepang itu seperti apa sih ?
Ninis : Ya kalau kita lihat jepang itu bersih, smuanya serba teratur. Trus kalo dibandingkan dengan kita di Makassar, di Jepang itu tidak begitu banyak mobil saya liad, kebanyak mreka naik sepeda.
K'Abdan : Oh gitu yah, itu kalau kita lihat secara fisiknya yah. Nah, baru-baru ini kan gempa terkena bencana, gimana perasaannya ?
Ninis : Iyah sih, saya sempat kaget, kmaren waktu di kampus dapat kabar dari adik kalo di Jepang terkena gempa dan tsunami. Tapi alhamdulillah lokasi saya dulu kan di Osaka, jadi jauh dari tempat kejadiannya di Sendai.
K'Abdan : Jepang kan terkenal dengan negara yang rawan gempa, disana sempat gak sih dapat pelatihan gempa ? Atau pernah terjadi gempa saat berada di sana?
Ninis : Alhamdulillah selama di sana saya tidak pernah merasakan gempa. Memang gedung2 di sana kebanyakan di design untuk tahan gempa, tapi yang namanya bencana kan Wallahu 'Alam semuanya atas kehendak Tuhan.
K'Abdan : Oo yah, nah menurut Ninis hikmah dan pelajaran apa yang bisa kita ambil dari bencana ini ?
Ninis : Hmm..ya di Jepang itu kan orang2nya jujur, tepat waktu, bersih, semuanya itukan perintah dari agama kita, karena itulah Allah menurunkan rahmatNya disana, negaranya bisa maju. Tapi itulah yang qta sayangkan mereka menganggap agama hanya sebagai bagian dari budaya, jadi mereka bisa melakukan ritual Buddha, Shinto, ataupun Kristen. Jadi saya rasa bencana ini sebagai Teguran bagi kita semua untuk kembali kepada ajaran yang benar, kepada Allah yang satu.
K'Abdan : Wah terimakasih, nah Ninis punya teman2 yang mau di salam2 ?
Ninis : Oh iyah, untuk teman2ku kelompok 1 yang semangat buat skripsinya, dan untuk adik2ku smangat juga buat ngejar beasiswa. Banyak kok beasiswa ke Jepang, pokoknya coba smua aja, jangan takut gagal :)
K'Abdan : Okey, smoga Ninis bisa sukses yah.
Ninis : Amiin, buat Al Ikhwan juga smoga tetap sukses :)
K'Abdan : Yah, trimakasih. Assalaamu'alaykum...
Ninis : Wa'alaykumussalam...

Yaaaaaaaaaayyyy !!! Wohooooo Yess !!! Akhirnya berakhir juga, hehehehe...
Saya langsung lari dari luar teras menuju kamar. Tak sabar saya mendengar hasil rekamannya. Ini nis, rekamnnya, tapi bagaimana caranya kasi mati?" kata ibuku. Saya lalu mengambil hape itu, dan entah kenapa otak saya langsung blenk, mungkin saking terburu-burunya, tangan saya memencet tombol lain sebelum rekaman itu tersimpan. Dan akhirnya, lenyap sudahlah rekaman itu. Huaaaaaaaaaaaahhh...sayang skali, padahal saya sangan ingin mendengarnya T__T

Tapi sudahlah, saya rekam saja pengalaman itu lewat blog ini, walaupun kata2 dan suasanyanya waktu itu tidak akan sama persis, tapi paling tidak bisa memberikan gambaran besarnya.

Huuff...ini pengalaman yang menegangkan menurutku :D
Memang saya masih merasa kurang total dalam menjawab pertanyaan2 tadi, malah ada yang gak nyambung, hahaha... :D
Tapi yah ini kan baru pertama kali, jadi tak apalah ya, skalian jadi ajang latihan ^_^
Kali2 aja di episode kehidupan ku yang lain bisa di wawancara di Televisi, hehehe (ngarepp !! ^^)


Nah, sampai jumpa pada ceritaku yang lain yah ^_^
Wassalam :)




Photobucket

Minggu, Maret 06, 2011

Mari Membaca & Mendengarkan Novel Bahasa Jepang beserta Terjemahan Bahasa Inggrisnya

Untuk teman-teman yang senang membaca novel berbahasa Jepang bisa mengunjungi di situs ini :

Situs ini menyediakan terjemahan novelnya dalam bahasa Inggris dan juga dapat didownload dalam bentuk audio lho

Beberapa novel dan cerpen dari penulis terkenal seperti :
Akutagawa Ryunosuke,
Murasaki Shikibu,

Natsume Soseki,
Mori Ogai, 
Matsuo Basho, 
Miyazawa Kenji, 
Okamoto Kido, 
Dazai Osamu, 
Dan juga beberapa penulis dari barat ada disana. Nah, selamat menjelajah 
Photobucket

Jumat, Maret 04, 2011

Jilbab


Saat berjalan di supermarket, stasiun, bandara, saat bersepeda, berbelanja, mereka melihatku dengan tatapan yang tidak biasa. Mungkin karena cara berpakaianku yang juga tidak biasa bagi mereka. Ya, seperti inilah resiko yang harus kujalani di sebuah negeri yang tidak begitu mengenal islam atau mungkin ada yang tidak mengetahui kalau ada agama yang bernama islam.

Sepertinya jilbab adalah sebuah hal yang termasuk langka di jepang. Sebelum berangkat ke sana, senseiku sudah berpesan "Nis, jangko heran kalo diliat2i disana karena pake jilbab". Ternyata memang benar, dimanapun aku berjalan, ada-ada saja orang yang memandangiku dengan raut wajah kaget, bahkan mungkin merasa aneh. Melihat ke arah jilbabku lah, atau melihat ke arah rok mungkin. Bahkan pernah ada dua anak kecil yang kusapa, eeehh dia langsung menangis. Oh Tuhan, sebegitu menakutkannya kah penampilanku ?

Tapi, saya tetap memaklumi mereka. Walaupun kadang merasa kurang pede, namun hal itu aku jadikan sebagai tantangan. Toh dengan cara inilah kita bisa memperkenalkan kepada mereka seperti apa penampilan seorang muslim.

Keuntungan yang saya rasakan dengan mengenakan jilbab di Jepang :
  1. Sebagai simbol / penanda identitas. Saya mendapat ucapan salam dari seorang muslim yang lewat saat berbelanja di Tokyo. Benar-benar sebuah kebahagiaan saat kita dapat bertemu saudara seiman di tengah-tengah negara nonmuslim. Ucapan Assalaamualaykum terdengar biasa jika kita mendengarnya di Indonesia, namun disana perkataan itu meninggalkan kesan, sebab muslim termasuk minoritas di Jepang.
  2. Saat musim dingin, jilbab dapat dijadikan sebagai penghangat kepala.
Yah inilah kawan, segelintir pengalaman yang berkesan bagi saya saat berada di negara sakura itu. Selalu ada hikmah yang bisa kita petik dari setiap kejadian.

Sumber gambar :
https://plus.google.com/111736406413809402572/posts

Kamis, Maret 03, 2011

Sebelum Berdoa Masukkan Uang Koin Dulu !

Setelah melihat beberapa kumpulan foto saat berada di Jepang, dan mengingat-ngingat kembali moment saat perjalanan ke Tokyo dan Kyoto. Muncul satu pertanyaan dalam benakku. Kenapa yah, setiap orang Jepang ingin berdoa di kuil selalu melemparkan uang koin ke dalam sebuah wadah yang disediakan oleh pihak kuil ???

Untuk apa ya uang itu ? Apakah nantinya ada yang mengambil uang itu, lalu digunakan untuk renovasi kuil misalnya ???

Ah, entahlah...

Huff...bodohnya aku, kenapa saat di Jepang hal ini tidak terpikirkan sama sekali untuk menanyakannya pada orang Jepang *tepokjidat !





Photobucket

Pengalaman Pertama Naik Roller Coaster

*Have Fun In USJ (Universal Studio's Japan)


Hari ini (Sabtu, 5 Feb 2011), saya dan teman-teman UP冬 berkunjung ke USJ di Osaka. USJ adalah salah satu tempat bermain semacam Disney Land.
Karena kami pelajar, jadi dapat discount. So, kami cuma membayar tiket seharga 4.800 yen. Kalo harga biasanya skitar 6.600 yen.
Well, kalo harga discount tadi di total dengan tiket kereta pergi-pulang (Rinku Town - USJ) berjumlah skitar 6500 yen yang kalo dirupiahkan sekitar Rp 650.000, woww !!! gila gak tuh harganya.
Setelah tiba di USJ, kami di sambut dengan suara teriakan orang-orang yang sedang menikmati permainan roller coaster. Saya langsung tertarik, ingiiiiinn skali mencoba gimana rasanya naik roller coaster. Karena memang saya belum pernah naik yang kayak gitu2an :D
Walupun sebenarnya saya sangat khawatiiiirrr & takuuuuutt banget >,<"
Tapi, saya pikir mumpung di tempat yang ada permainan roller coasternya, so rugi bangett pastinya kalo gak nyoba.

Selama antri, berbagai pikiran berkecamuk di dalam benakku.
Nis, jangan deh, nanti kamu jantungan...
Nis, hati-hati nanti mesinnya mati atau roller nya jatuh, gimana...
Oh my God !! Benar-benar pergolakan batin antara rasa takut dan rasa ingin tahu >,<"

Tapi, saya tetap pengen nyoba ! Lalu, kami antri untuk membeli tiket. Gila, panjang bbuangeett antriannya. Huuff...bikin saya tambah deg2an saja >,<"



Kami akhirnya tiba di antrian paling depan, dan kaki ku pun melangkah menaiki roller coaster.
Ouch, I can't believe it, i'm sit in roller coster now, iih...berasa mimpi ada disitu !!! (lebay.com)
Dan...perlahan roller coaster pun berjalan. Bunyi rel satu per satu terdengar di telingaku...
Perlahan demi perlahan...
Roller coaster membawa kami ke tempat yang tinggi namun masih dengan kecepatan standar.
Dan...setibanya kami di puncak...

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa !!!!!!!



Tiiddaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkk >,<"



Roller coaster pun beranjak turun memulai aksinya...

Saya seperti dipaksa terjun dari atas ke bawah !!!

Oh God !!! Saya tidak bisa bersuara, menahan rasa takut.

Jantungku serasa di tarik keatas menahan napas.

Turuuuuunnnnn.....Naiiiiikkkkk.....Hantam Kiriiiii.....Hantam Kanaaannn....Putaaaaaarrr !!!

Naiiiiikkkkk.....Turuuuuunnnnn.....Menyamping Kanaaannn.....Menyamping Kiriiiii !!!

Orang-orang disekelilingku berteriak, tapi mulutku susah untuk bersuara, nafas ku terasa berat >,<"

Pliiiiiiss...segera selesaikan permainan ini, saya sudah tidak tahan T__T



Wuaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa !!!

HyaaaaaaaaaaaaWoooooooooooKyaaaaaa !!!

WaaaaYaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa !!!

Dan whoooossssssssss....

Roller coaster berjalan perlahan-lahan...

"Owarimashita ? Owarimashita ?" tanyaku kepada Sonia, teman di sampingku.

"Un, owarimashita" jawab Sonia ^^

Huaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh Wuuww Yayyy !!! akhirnyaaaaaa.....



Roller coaster pun berhenti diiringi dengan sorak sorai kepuasan dari teman-teman.

Saya juga bersorak-sorai, tp bukan karena rasa puas, melainkan karena penderitaan itu akhirnya berakhir >,<"



Huff...apa kabarnya jantungku di dalam sana ?

Maaf yah, jadikan saja hari ini sebagai olahraga jantung, hehe...

Maklum, kita sudah lama tidak senam :D


Well, saat turun dari roller coaster, semua badanku serasa gemetar, terutama bagian kaki.

Rasanya oleng >,<"

Namun, akhirnya saya bisa merasakan gimana rasanya naik roller coaster.

And i think, it's the first and the last time >,<

Intinya K.A.P.O.K !!!



***
Malam saya menulis cerita ini, masih terekam baik gimana rasanya jatuh dari ketinggian lalu dilempar ke bawah kemudian belok ke kiri dan ke kanan.
Srius, saya mual saat menulis cerita ini T__T"



---------------------------------------
Sabtu, 5 Januari 2011, Di Kamar 1305
Kansai Kokusai Centre, Osaka
Pukul 23.00

**Ditulis sambil makan indomie, karena saat kami pulang dari USJ dan tiba di centre, kantinnya sudah tutup ¬˛¬"

Photobucket

Input tulisan Jepang di Ubuntu 10.04


Untuk teman-teman yang sedang belajar bahasa Jepang ataupun yang pekerjaannya berhubungan dengan bahasa jepang, anda tak perlu khawatir karena di ubuntu pun dapat menulis menggunakan font/tulisan/huruf jepang. Cara pengaturannya adalah sebagai berikut :

Tidak ada suara yang terdengar pada Sound Recorder di Ubuntu 10.04


Beberapa hari yang lalu saya ke tempat service komputer, minta untuk di install kan ubuntu 10.04. Nah, setelah mengecek "Sound Recorder" yang merupakan aplikasi perekam suara, ternyata tidak ada suara yang keluar.

Nah, mungkin ada teman-teman yang mengalami masalah ini, silahkan cek input volume komputer anda. Mungkin volumenya terlalu kecil, atau ter-Mute.

Caranya :
  1. Buka System > Preferences > Sound
  2. Pilih tab "Input"
  3. Naikkan suara volume pada "Input Volume"
  4. Jika ada tanda centang pada kotak "Mute", hilangkan tanda itu
  5. Pilih "Close"
Semoga berhasil : )

Sumber gambar :
http://uncrate.com/p/2010/03/ceramic-speakers.jpg